PLAY
STATION-KU
“Guuunn...Guunn...Gugun...!!!” mama
terus memanggil-manggil, tapi tidak ada jawaban dari Gugun. Mama pun
menghampiri kamar Gugun, kemudian membuka pintu kamar tersebut. Dilihatnya
Gugun sedang asyik main PS. Mama hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sejak
pulang sekolah tadi siang, Gugun langsung mengurung diri di kamar.
“Ya
ampun, Gugun! Mama kira kamu sedang apa!” kata mama kesal. Gugun hanya tertawa
kecil. Matanya tidak sedikit pun berpaling dari layar tv. Mamah hanya bisa
menghela napas. Mama bermaksud meminta Gugun untuk menjaga adiknya, Didit, karena
sore itu mama harus pergi. “Mama akan
pulang nanti malam, kamu tolong jaga Didit! Dia masih tidur sekarang di
kamarnya.”
Saat
Gugun asyik main PS, ternyata Didit terbangun. Ia mencari-cari sosok mama.
“Ma...Mama...Ma...Mama...!” Didit terus memanggil mama. Kemudian dia mencari di
kamar mama dan dapur, namun tidak ditemukan juga sang mama. Setengah putus asa,
dia pun masuk ke kamar Gugun.
“Ka,
mama mana? Kok tidak ada...” tanya Didit pada Gugun. Gugun tidak menjawab
pertanyaan Didit karena terlalu asyik dengan PS-nya. Karena pertanyaan-pertanyaan
Didit tidak dijawab oleh kakaknya, ia pun mulai menangis. Tangisannya sangat
keras hingga menggema di kamar tersebut. Bukannya menghibur Didit, Gugun malah
memarahinya. Gugun sangat terganggu dengan tangisan adiknya yang lebih keras
dari suara PS. “Sudah diam! Sebentar lagi juga mama pulang...”
Merasa
tidak dipedulikan oleh kakaknya, Didit memutuskan untuk mencari mama sendirian.
Walaupun sudah keluar kamar, tangisan Didit masih terdengar jelas di kamar
Gugun. Gugun mengacuhkannya, dia pikir Didit hanya akan menonton tv di ruang
tengah. Beberapa menit kemudian, Gugun keluar kamar untuk mengambil air minum
di dapur. Saat melewati ruang tengah, ia terheran-heran karena tidak menemukan
Didit di sana. Tv pun tidak menyala. Itu berarti Didit tidak menonton tv dari
tadi, pikir Gugun dalam hati.
Dengan
segera Gugun memeriksa seluruh ruangan di rumahnya, tapi Didit tetap tidak ada.
Kemudian, dia menuju pintu depan dan mencari Didit di halaman, tetapi belum
juga dapat ditemukan. Wajah Gugun kemudian menjadi pucat saat mengetahui pintu
gerbang rumahnya terbuka. Pasti tadi Didit keluar, karena pintu gerbang tidak
ditutup kembali, pikir Gugun. Tanpa pikir panjang, Gugun langsung berlari
keluar untuk mencari Didit.
Matahari
sudah hampir tenggelam, Gugun pun memutuskan untuk pulang. Gugun sudah
mengelilingi semua kompleks rumahnya. Dia sudah bertanya pada tetangganya atau
orang-orang yang kebetulan lewat, tetapi tak seorang pun melihat Didit. Hatinya
ingin menangis. Sesampainya di rumah, dia segera menuju kamarnya. Bagaimana
mungkin dia bisa kehilangan adiknya gara-gara terlalu asyik main PS? Apa yang
harus dikatakan pada mama kalau adiknya sekarang hilang? Ada rasa takut,
menyesal, dan sedih dalam hati Gugun.
Tak
lama kemudian, terdengarlah pintu depan yang dibuka.
“Guuguunnn...Didiiittt...!! Mama pulang neh!” mama memanggil kedua anaknya.
Mendengar kedatangan mama, Gugun segera berlari menghampiri. Dipeluknya sang
mama dengan erat, kemudian Gugun menangis sejadi-jadinya. Apa yang dilakukan
Gugun tentu saja membuat mama bingung.
“Ada
apa sayang? Didit sudah bangun belum?” tanya mama
“Mmaa..mmaa..aaff...kan
Gugun, Ma. Dii..ddiittt...dii..ddiitt...hilang, Ma,” dengan terbata-bata Gugun
mengatakan hal yang sebenarnya terjadi.
“Taa..taa..ttaaddii..Didit
menangis mencari mama..tapi Gugun malah mengacuhkannya...terus dia pergi
sendiri keluar...tapi Gugun sudah coba mencarinya, Ma..” Gugun tidak sanggup
melihat wajah mama. Dia takut mama akan marah. Oleh karena itu, dia hanya bisa
menunduk.“Gugun menyesal, Ma...maafkan Gugun...” lanjut Gugun sambil menangis.
Dengan penuh kasih sayang mama
memeluk Gugun. Kemudian, mama menghapus air mata Gugun dan berkata,”Kamu janji
tidak akan mengulanginya lagi?” Gugun mengangguk.
“Kalau
begitu sekarang kamu jemput Didit di rumah Irsan...”
“Sebenarnya
mama sudah pulang sejak tadi, lalu ketemu Didit di depan jalan komplek...Didit
bilang kalau kamu tidak mau mengantarnya dan malah mengacuhkannya..”
“Akhirnya
mama sengaja berdiam dulu di rumah Irsan...sekarang kamu tahu kan akibatnya
jika terlalu asyik main PS tanpa mempedulikan sekitarmu. Coba bayangkan jika
tadi mama tidak ketemu dengan Didit!”
“Iya,
Ma...Gugun minta maaf. Gugun berjanji tidak akan mengulanginya.” Gugun pun
segera berlari keluar untuk menjemput Didit yang sedang bermain di rumah Irsan,
tetangga sebelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar